BERITA

BERITA

Pencarian

Kalender

September 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30

Resensi Buku Dan Ulasan Naomi :Cinta Si Tolol

Chijin no Ai – atau yang diterjemahkan dengan judul Naomi: Cinta Si  Tolol

Adalah sebuah novel karya Tanizakui Junichiro yang terbit pertama kali di koran

Osaka Asahi Shimbun, cerita ini mengundang kontroversi karena tema obsesi

erotismenya, sehingga akhirnya tidak dipublikasikan sampai selesai, tetapi

karena cerita ini sangat populer, majalah Josei melanjutkan publikasinya.

 

Jalan cerita Naomi: Cinta Si Tolol tidak rumit untuk diikuti. Dengan latar

kehidupan masyarakat perkotaan Jepang 1920-an, memusatkan kisahnya pada seorang engineer pekerja kantoran bernama Kawai Joji yang pada awal cerita berusia 28 tahun. Ia bertemu dengan pelayan kafe berusia 15 tahun bernama Naomi.

Joji mengajak Naomi tinggal bersama untuk dididik dan kelak dinikahinya. Naomi

semakin lama tumbuh menjadi semakin dewasa & cantik, lalu menjalin hubungan dengan laki – laki lain, dan Joji tetap terhipnotis oleh keanggunan & kecantikan Naomi. Walau telah mengusirnya dari rumah, Joji bukan semakin tenang tetapi semakin tergila – gila dengan Naomi.

 

Pada akhirnya, Joji bertekuk lutut di hadapan Naomi dan bersedia untuk menjadi “Kuda tunggangannya”. Memberi Naomi semua hartanya dan akan melakukan apa saja agar dapat menjalin hubungan kembali dengannya. Ia tetap diam melihat Naomi begaul “bebas” dengan teman baratnya. Ada episode dimana Joji memutuskan untuk kembali ke nilai – nilai tradisional, yang digambarkan melalui keinginannya kembali ke desa, keinginannya punya anak dengan Naomi, tetapi Naomi tidak ingin.

 

Joji yang bahkan di akhir cerita dipanggil dengan nama barat ‘George’ oleh Naomi dan teman laki – laki asal Baratnya, ia pasrah asal tetap bisa hidup bersama Naomi. Ia tidak ditampilkan sebagai sosok yang melawan modernitas melalui sikap meninggalkan Naomi atau pindah ke daerah rural, tetapi sebaliknya, ia digambarkan tetap dalam kondisi gamang: merasa sakit hati atas perlakuan Naomi, tetapi tidak dapat hidup tanpanya. Sebuah akhir yang dapat kita interpretasikan sebagai pemikiran penulis terhadap kegamangan identitas di tengah laju modernitas yang begitu cepat: merasakan keterhimpitan dan kebingungan, tetapi tidak dapat keluar dari segala kegamangan tersebut. Sebuah masalah yang sangat kompleks dan sulit dijawab dengan kemutlakan oposisi biner: “Jika bukan barat, maka timur, jika modern, maka bukan tradisional, jika ada proses westernisasi, maka tidak lagi menjadi Jepang”. Dikutip dari buku “Antara Barat & Timur”.

 

Novel ini tidak menawarkan satu akhir yang “paling benar”. Seperti yang ditulis dalam paragraf penutup “Dengan begini selesai sudah catatan kami selaku suami – istri. Apabila pembaca, seperti merasa konyol setelah membaca ini, silahkan tertawa. Apabila ada yang menganggap ada suatu pelajaran di sini, belajarlah supaya tidak sampai menjadi seperti saya. Saya sendiri sudah telanjur jatuh conta kepada Naomi, apa boleh buat bagaimana saya dianggap oleh para pembaca”.

 

Akhir cerita dari Naomi: Cinta Si Tolol mengajak kita umtuk  berpikir bagaimana manusia merespons berbagai perubahan budaya yang terjadi begitu cepa atas nama modernitas. Respons yang ditampilkan disini adalah respons menggebu mengikuti perubahan seperti yang ditunjukkan oleh Joji, tetapi pada saat bersamaan, cerita ini dapat memantik pembaca untuk memikirkan berbagai respon lain dalam menyikapi laju gerak dunia yang sangat cepat.

YOUTUBE CHANEL