BERITA

BERITA

Pencarian

Kalender

September 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30

Jurnalis Di Dunia Pendidikan

Bunyi lonceng di pagi hari membangunkanku dari lelapnya tidur semalaman. Aku memincingkan mata mencari hp yang selalu menjadi teman tidurku, melihat jam masih menunjukkan pukul 05.00 pagi. Gadjet itu kembali ku simpan begitu saja dan mencoba membalikkan badan,kembali menarik selimut kecil yang menutupi badanku setiap tidur di malam hari. Rasa kantuk yang belum hilang masih merasuk didalam relung jiwa dan segala isi kepalaku. Namun bunyi lonceng besar yang berasal dari tengah lapangan sekolah dekat kapela itu tak mampu membawaku kembali lelap menyapa mimpi yang sudah diukir dalam tidurku semalaman. Aku membuka tirai kelambu putih yang konon merupakan kelambu anti nyamuk yang biasa dipakai di asrama sekolah. Melihat teman sekamarku masih begitu lelapnya dalam tidur aku tak berani membangunkannya. Mungkin juga dia mendengar lonceng pagi itu atau memang udara pagi yang masih terasa dingin membuatnya masih tertidur pulas tanpa meghiraukan tentang apa yang terjadi disekitarnya. 

Ditempat ini menjadi awal aku merajut apa yang artinya menata masa depan dan hidup mandiri. Aku seorang guru baru, yang akan dipanggil ibu Itak oleh para muridku,sebuah sapan akrab yang menjadi kekhasan dalam keluargaku.Tamatan sarjana pendidikan Bahasa Inggris dari sebuah perguruan tinggi swasta di kota kelahiranku kota Ruteng, kampus STKIP St.Paulus Ruteng menjadi saksi bisu gelar yang aku dapat Sarjana Pendidkan(S.Pd) dan berprofesi menjadi seorang guru.Sebulan yang lalu aku mendapat panggilan dari yayasan sekolah ini yaitu yayasan Ernesto yang bertempat di Wangkung salah satu pusat kantor yayasan di daerah kota Ruteng,kabupaten Manggai Tengah. Lamaranku yang telah aku antar tiga bulan sebelumnya telah dipilih oleh Pater ketua yayasan untuk menjadi salah satu guru bahasa Inggris yang ditempatkan di SMP St.Klaus Werang. Tempat yang tidak pernah kukenal sebelumnya. Berdasarkan informasi yang kudapat dari teman-temanku,sekolah ini berada lumayan jauh dari tempat kelahiranku. Jarak tempuh ke tempat ini menghabis waktu 4 sampai 5 jam. Hal tersebut dikarenakan kendaraan yang digunakan adalah sebuah bis engkel yang menjadi kendaraan favorite dari siapapun yang berasal dari desa ini. Belum dengan keadaan jalan yang masih dalam tahap perbaikan atau bisa dibilang rusak parah.

Sekolah ini merupakan sebuah sekolah swasta dibawa asuhan yayasan Ernesto pada waktu itu, namun pendiri sekolah ini adalah seorang imam yang bernama Pater Waser Ernst Anton,SVD atau biasa disapa Pater Waser, berasal dari Swiss, seorang misionaris legendaris yang berkarya di Manggarai raya, Flores. Pater Waser dikenal sebagai tokoh pembangunan dan tonggak kemajuan pendidikan di tengah umat di Manggarai. Kadang menjadi sebuah pertanyaan di benak kami mengenai tempat yang dipilih oleh Pater Waser dahulu kala. Mendirikan sebuah sekolah yang lumayan elit dan menjadi salah satu sekolah favorite di kabupaten Manggarai Barat di bawah sebuah lembah perkampungan Werang di tengah lataran sawah luas, beberapa lahan kering atau kebun para petani dan dikelilingi perkampungan penduduk menampakkan perpaduan atau akulturasi,yang terjadi antara kehidupan moderen dengan kebiasaan hidup masyarakat setempat. Kami para guru pada umumnya juga berasal dari luar perkampungan ini. Bersal dari berbagai daerah baik kabupaten Manggarai, juga dari kabupaten Ngada Bajawa, bahkan dari kabupaten Ende dan Flores Timur pun menjadi tenaga pendidik di tempat ini. Di tempat ini kami saling belajar, berbagi dan beradaptasi tentang apa yang menjadi kebiasaan kami dengan kehidupan penduduk setempat. Kemudian setiap tiga atau enam bulan sekali kami mendapat kunjungan tamu-tamu asing dari Swiss yang datang mengajar bahasa Jerman di sekolah ini. Sehingga ada tiga bahasa yang diajarkan di sekolah ini yaitu bahasa Indonesia yang menjadi bahasa utama, kemudian bahasa Inggris dan bahasa Jerman.

 Dengan bangunan yang banyak dan luas serta fasilitas sekolah yang memadai juga penyediaan asrama sekolah baik untuk para siswa maupun para guru membuat seluruh warga sekolah betah tinggal didalamnya. Para siswa berasal dari berbagai daerah dan lebih banyak tamatan SD dibawa asuhan pater Waser yang disebut dengan ProgSus (Program Sekolah Khusus) dimana setahun sebelum tamat SD para siswa yang berminat melanjutkan sekolah di SMP St.Klaus Werang akan bersekolah di ProgSus dan diajarkan oleh guru yayasan Ernesto seperti kami para guru SMP dan SMA.

Segala kegiatan  dilaksanakankan diseputaran lingkungan sekolah sehingga interaksi dengan warga sangat jarang terkecuali jika ada acara dari warga setempat. Jadwal pembelajaran sangat padat dilakukan pagi hari dan dua jam di sore hari didalam ruangan kelas. Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikulernya sudah terjadwal semua dengan jelas. Wajar saja kalau para siswa ataupun guru selalu kelihatan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing diseputaran lingkungan sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakn sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sehingga bunyi lonceng besar  ditengah lapangan sekolah dekat kapela menjadi alaram utama yang tak asing lagi untuk didengar.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah,setelah dua hari kemarin bersama teman guru senior dari sekolah ini menghabiskan banyak waktu dalam perjalan dengan berbagai cerita seputaran sekolah ini sehingga membuat perjalanan kami tidak terasa sampai di tempat ini. Aku bersyukur karena bisa diterima kerja dalam artian mengajar di tempat ini. Paling tidak untuk menggali pengalaman dan juga berlatih untuk hidup mandiri dari ketergantungan dengan keluarga sampai aku dewasa sekarang ini. Tempat yang menurutku sangat asing dan baru.Selama perjalan dua hari yang lalu aku merasa tidak bahagia. Sempat aku ingin berhenti dalam perjalan dan kembali pulang tetapi  karena motivasi dari teman-teman guru yang lain bahwa semuanya akan baik-baik saja akupun menerima semuanya dengan berat hati. Kami tinggal di asrama guru putri dan sekamar kami tempati dua orang.

Setelah termenung cukup lama dipagi hari ini, bunyi lonceng yang kedua kembali berbunyi aku tertegun dan kembali kumelihat jam menunjukkan pukul 06.00 pagi. Aku mendengar beberapa suara dari teman-teman guru dan mencoba membuka tiria jendela kamar dan ada beberapa guru laki-laki yang sudah menuju  ke kamar makan. Bunyi lonceng kedua berasal dari kamar makan pertanda sarapan pagi akan segera dimulai.Sarapan pagi hanya berlaku dari jam 06.00 sampai pkl 07.00 setelah itu ruangan makan ditutup. Setelah sarapan pagi kami kembali ke kamar masing-masing dan bersiap ke sekolah.

Karena ini adalah awal tahun pelajaran kami memulainya dengan upacara bendera.Para guru berbaris rapi sejajar di podium lapangan sekolah mengapiti kepala sekolah sebagai pembina upacara. Para siswapun demikian berbaris sesuai kelas masing-masing.Para siswa kelas tujuh baru yang masuk seminggu yang lalu kelihatan sudah mulai adaptasi dengan lingkungan sekolah dan asrama. Pakaian putih biru yang berdiri didepanku membuatku tak percaya dengan situasi yang aku alami sekarang. “Aku berprofesi sebagai guru dan mereka yang berdiri didepaku adalah anak bangsa yang haus akan ilmu,mampukah aku menjadi guru yang baik bagi mereka?”kata batinku selama upacara bendera. Aku menoleh menatap teman-teman guruku yang kelihatan begitu bahagia didepan para siswa. Apakah situasi ini yang mereka harapkan ataukah bahagia karena melihat wajah para anak bangsa yang masih polos siap untuk dididik. Setelah upacara bendera selesai para siswa masuk ke kelas masing-masing dan para guru menuju ruangan guru untuk saling memperkenalkan diri dengan kami para guru baru sekalian melihat roster pelajaran setiap kelas yang akan kami ajarkan.

Di hari pertama ini aku mendapat jadwal pelajaran di kelas VIII A. Menuju ke ruangan kelas perasaanku bercampur aduk.Rasa cemas,takut, dan khawatir tak mampu berbicara didepan para siswa atau mungkin ada pertanyaan dari murid yang tak mampu aku jawab seolah meyelimuti memenuhi seluruh isi kepalaku. Aku mencoba menarik nafas panjang dan berusaha untuk tetap tersenyum berjalan melewati koridor sekolah. Akhirnya aku tiba didepan pintu kelas, melihatku para siswa berdiri dan memberikan salam. Aku masuk kedalam kelas dan berdiri didepan para murid,batinku mengatakan “siap!aku siap menghadapi kalian anak bangsa.” Perasaanku yang bercampur aduk tadi pelan-pelan menghilang terbawa suasana kelas yang kelihatan rapi dan bersih,mendengar sapan mereka yang begitu polos,senyuman ceria dari raut wajah mereka serta tatapan hangat sebagai simbol bahwa mereka ingin dididik dan dibentuk di tempat ini menguatkan semangatku untuk berdiri dengan bahagia didepan mereka.

 Kusapa mereka, kuberikan senyuman, dan kucoba berdiri berdekatan dengan mereka sambil memulai perkenalan diri. Semuanya berjalan dengan lancar dan penuh bahagia. Mereka mendengarkanku dengan tenang sambil menyimak setiap kata yang kuucapkkan,hal itu membuatku seakan tak ingin berhenti berbicara didepan mereka. Setelah berkenalan diri dan berbagai motivasi yang kusampaikan sebagai bentuk penguatan di awal tahun pelajaran. Tiba –tiba Seorang siswa laki-laki mengangkat tangan dan bertanya,”Ibu,mengapa ibu mau menjadi guru dan mengapa memilih sekolah ini ,kasihan ibu jauh-jauh dari kota Ruteng.” Mendengar pertanyaan ini sesaat aku tertegun dan mencoba menjawab,”Adik-adik menjadi guru adalah sebuah tugas yang mulia,dulu memang ibu tidak punya cita-cita menjadi guru bahkah tidak pernah terpikirkan akan berprofesi seperti sekarang, ibu punya harapan dulu ibu akan menjadi seorang jurnalis karena ibu senang mendengar dan membaca berita tentang kehidupan disekitar kita. Namun yang diatas berkehendak lain, profesi yang aku impikan mengatarkanku untuk menjadi jurnalis di dunia pendidikan, aku ingin mendengar tentang apa yang kalian harapkan lalu aku menceritakannya lewat ilmu yang akan kubagi kepada kalian sehingga kalian tahu apa artinya kehidupan dan bagaimana cara mempertahankannya dengan menggunakan ilmu yang kalian peroleh.” “ibu juga memilih bekerja ditempat ini karena Dia yang menempatkannya supaya hari ini kita bertemu di dalam kelas ini, bukankah ini hal yang luar biasa adik-adik?” sambil tersenyum ku ucapkan itu semua, dan mereka memberikan respon dengan anggukan bahkan ada yang mengancungkan jempol.

Tanpa terasa jam pergantian les selesai dan waktu-waktu berikutnya harus berpindah ke kelas yang lain. Dengan kegiatan yang sama seperti perkenalan diri karena guru baru,menghabiskan waktu seharian dibeberapa kelas. Setelah seminggu perkenalan selesai. Masuk diminggu berikutnya pembelajaranpun dimulai. Aku mencoba bersharing dengan teman guru serumpun tentang berbagai materi dan metode yang kami gunakan sambil beradaptasi dengan situasi anak yang semuanya tinggal di asrama. Sehingga media pembelajaran yang kami gunakan dengan mengambil media-media yang sederhana yang gampang anak-anak dapatkan.Rutinitasku dan teman-teman guru kami habiskan dengan menyibukkan diri membimbing para murid. Selain melengkapi segala administrasi pembelajaran, melakukan pembelajaran di kelas sesuai jadwal juga kegiatan ektrakurikuler yang kami bimbing membuat kami tak merasakan waktu berlalu begitu cepat disetiap cerita kami disekolah ini.

Tawa canda dari para murid, semangat mereka dalam belajar dan berbagai pertanyaan yang mereka tanyakan yang kadang membuatku harus menggali  lebih banyak lagi tentang pelajaran yang aku berikan.Kadang sambil berolahraga seperti bermain bulu tangkis di sore hari ,aku coba mengajak mereka bermain kosa kata. Ataupun di akhir pekan sepulang gereja dari kapela kami duduk dibawah pohon manga di tengah lapangan sekolah sambil bernyanyi lagu-lagu bahasa Inggris ataupun sekedar bercerita tentang segala kisah kerinduan yang kami rasakan di bawah lembah kaki bukit kampung Werang. Aktivitas tersebut membuat kami kadang lupa jam makan siang dan yang pastinya membuatku merasakan kedekatan yang lebih seperti seorang kakak dan adik bagi mereka.Sedangkan untuk siswa yang masih kesulitan dengan materi pelajaran bahasa Inggris, aku dan teman-temanku melakukan bimbingan saat ada jadwal pembelajaran di sore hari. Dalam hal ini paling tidak ada feedback dari para siswa bahwa walaupun tempat sekolah mereka berada di kampung dibawah lembah desa Werang namun mereka tetap update dengan dunia luar dan memahami bahasa asing sebagai bahasa internasional yang wajib mereka pelajari.

Tak terasa waktu dua tahun aku mengajar ditempat ini berlalu begitu cepat. Karena situasi sudah menikah dan harus mengikuti suami bekerja di Labuan Bajo.Akupun harus berpisah dengan para muridku dan berpindah tinggal di Labuan Bajo. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan telah menyimpan seluruh rinduku kepada peserta didikku di SMP St.Klaus Werang. Kaki lembah menjadi saksi kisah kami. Dan sekarang aku kembali berada di tempat yang baru.Tempat tinggal yang baru dan juga tempat kerja yang baru. Kota wisata premium yang menjadi lirikan dunia,memberikanku arti bahwa dunia ini luas untuk dipijak. Di kota ini aku bersyukur kembali diterima bekerja di sebuah sekolah swasta yang juga dibawah asuhan para imam SVD. Sekolah yang elit dengan fasitas yang memadai berdiri di tengah pusat kota,menjadi ladangku yang kedua dalam mengenyam profesi menjadi guru.

SMP Arnoldus Labuan Bajo, sebuah sekolah swasta dengan memiliki rombongan belajar yang banyak. Di lembaga pendidikan ini aku mencoba membagikan ilmuku kepada para murid yang pada umumnya berasal dari kota dan dari luar kota. Dulu aku mengajar para murid dengan versi “murid dari kota yang bersekolah di sekolah elit di kampung” dan sekarang versiku “murid dari kampung yang bersekolah di sekolah elit di kota.” Kedua versi ini mengajarkanku akan pengalaman yang berharga dimana aku harus mampu menjadi guru yang berinovatif. Hal ini dikarenakan ada beberapa SD di kampung mereka yang tidak ada les bahasa Ingrisnya dikarenakan berbagai faktor.Karena itu kurikulum merdeka dengan pembelajaran berdiferensiasi membantu sedikit meminimalisir masalah tersebut. Yang belum mendapat mata pelajaran bahasa Inggris waktu SD secara perlahan pelajari dulu materi-materi dasar. Sedangkan yang sudah bisa menjadi tutor teman sebaya dan mulai diberikan buku-buku teks untuk dibaca.

Di sekolah ini aku kembali menjadi seorang jurnalis, menggali berita dari para muridku. Menyaksikkan tingkah mereka dari hari kehari, mendengarkan harapan serta keluh kesah yang mereka ceritakan manjadikanku termotivasi untuk selalu menjadi pendengar setia bagi mereka. kemudian kusiarkan itu lewat ilmu dan berbagai motivasi serta nasihat yang diperuntukkan untuk mereka.Kuceritakan berbagai pengalaman dalam kisah yang sederhana yang membuat mereka secara perlahan mengerti tentang bagaimana kehidupan ini dihadapi. Berbagai rasapun aku alami yang kadang menyebalkan dengan tingkah yang mereka tampilkan namun tetap kembali ke tujuan utama profesiku yaitu “mendidik dan membentuk karakter mereka dalam mempersiapkan masa depan yang cerah.”

SELAMAT HARI GURU UNTUK BAPAK/IBU GURU HEBAT

TUGASMU MULIA, JASAMU SELALU DIKENANG

29th November 2024

YOUTUBE CHANEL